Selasa, 18 April 2017

PENGENCERAN DAN PENANAMAN MIKROBA



PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
PENGENCERAN DAN PENANAMAN MIKROBA

Nama               : DINI LINDA ARYANTI
NIM                : J1A116004
Kelompok       : II ( dua )
Shift                : II ( dua )
Asisten            : 1. Ika Gusriani, S.TP ., MP
                          2. Haryati, S. Si




Nilai Laporan
Tanggal Terima Laporan dan Paraf Asisten



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh adanya nutrisi dan faktor lingkungan. Bahan nutrisi yang tersedia dapat berupa bahan alami dan dapat pula berupa bahan sintetis. Bahan nutrisi yang digunakan mikroorganisme biasanya berupa senyawa sederhana yang tersedia secara langsung atau berasal dari senyawa yang kompleks yang kemudian dipecah oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang sederhana melalui proses enzimatik. Bahan nutrisi ini dapat berupa cairan atau padatan setengah padat (semi solid) yang disebut sebagai media.
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan.
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Inokulasi dilakukan dalam kondisi aseptik, yakni kondisi dimana semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium dan pengerjaan, dijaga agar tetap steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

1.2  Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini sebagai berikut.
1.      Memahami persiapan dan pelaksanaan pengenceran bertingkat suspensi bakteri.
2.      Mengenal dan memahami teknik-teknik isolasi bakteri.


BAB II
TINJAUAN PUSATAKA

Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam (Fais, 2009).
Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007).
Medium ialah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya. Untuk dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan sebaik  – sebaiknya. Pertama harus dapat memahami kebutuhan dasar nya. Lalu mencoba memformulakan meskipun persyaratan nutrien mikroorganisme amat beragam, namun sebagai makhluk hidup, mereka mempunyai kebutuhan dasar yang sama yaitu meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Hadioetomo, 1985).
Media agar merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium agar nutrient dengan metode cawan gores atau media cawan tuang, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18-24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme (Joddi, 2006).
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Asnani dkk, 2007).
Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel . Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan (Waluyo, 2007).
Beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta manipulator (the micro manipulator method). Metode pengenceranbertujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan, dengan cara melakukan pengenceran bertingkat terhadap sampel air.Sedangkan metode tuang adalah suatu metode yang dilakukan dengan caramemasukkan sampel yang telah diencerkan terlebih dahulu ke dalam cawan petri, dan dituangi dengan medium (Lay W, 1992).
NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni dengan cara disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit (Fathir et al., 2009).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).
Metode pour plate (cawan tuang) adalah suatu teknik untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel - sel tersebut tersebar merata dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar (Harley and Presscot, 2002).
Menurut Asriyah (2010) dalam metode pour plate (cawan tuang) diperlukan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah diinkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Metode pour plate sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan keterampilan khusus dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 mL garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrien agar) steril hangat (40 - 50C) kemudian ditutup rapat dan diinkubasi selama 1 - 2 hari pada suhu 37C. Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu  proses penuangan (media panas sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu proses pengamatan. Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian diletakkan dalam incubator. Pada metode pour plate volume kultur sebanyak 0,1 - 1,0 mL diambil dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian ditambahkan media agar cair dan dilakukan pencampuran antara kultur dan media dengan memutar cawan petri secara pelan pada permukaan yang rata. Karena sampel dicampur dengan media agar cair, maka volume kultur yang digunakan dapat lebih tinggi dibanding dengan metode spread plate. Pada pengujian dengan metode pour plate, kultur/sampel mikroba yang digunakan harus dapat bertahan hidup pada saat media agar dengan suhu sekitar 45ºC ditambahkan.
Menurut Asriyah (2010) ada keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan metode pour plate.
·         Keuntungan metode pour plate adalah sebagai berikut :
  1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
2.   Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
3.   Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk
4.   Mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penambahan spesifik.
·         Kelemahan metode pour plate adalah sebagai berikut :
  1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
  2. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda.
  3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
  4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.





BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Adapun praktikum ini dilakukan pada :
Hari dan Tanggal        : Rabu, 12 April 2017
Waktu                         :  Pukul 10.00-12.00 WIB
Tempat                        : Laboratorium Biologi lantai 1 ruang B104 Fakultas Teknologi Pertanian, Pondok Meja Universitas Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
            Adapun alat dan bahan yang diperlukan selama proses praktikum ini, dengan peralatan yang diperlukan antara lain :
  1. B. Bahan :
    1. Akuades.
    2. Kapas.
    3. Aluminium foil.
    4. Plastik wrap.
    5. Kertas pembungkus.
    6. Tissue.
    7. Kertas label.
    8. Alkohol 70%.
    9. Spritus.


     
    Alat :
1.      Erlenmeyer 250 ml.
2.      Batang pengaduk.
3.      Tabung reaksi.
4.      Rak tabung reaksi.
5.      Cawan petri.
6.      Autoklaf.
7.      Oven.
8.      Pemanas listrik / hot plate.
9.      Pipet volumetrik.
10.  Bunsen.
11.  Botol semprot alkohol.
12.  Mortal.
13.  Inkubator.
14.  Vortex.


3.3 Skema Kerja
  1. Siapkan 5 gram bahan sampel, tumbuk menggunakan mortar sampai halus, masukkan ke dalam larutan pengencer akuades 95 ml yang sebelumnya telah disiapkan, kocok sampai merata secara homogen selanjutnya disebut sebagai pengenceran pertama 10-1.
  2. Pipet 1 ml dari 10-1 kemudian masukkan ke tabung reaksiyang berisi 9 ml larutan pengencer, selanjutnya disebut sebagai pengenceran ke dua 10-2. Lakuakan hal yang sama sampai pengenceran terakhir yaitu 10-5.
  3. Ambil 1 ml pada pengenceran 10-5, 10-4, dan 10-3 tuang ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan media NA yang masih cair (±45°C) lakukan secara duplo, kocok secara homogeny dan tunggu sampai memadat, setelah memadat balikkan cawan petri, inkubasi selama 2 hari (media tuang).
  4. Lakukan pengamatan dan perhitungan jumlah koloni.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Data Pengamatan
Adapun data hasil pengamatan pengenceran dan penanaman mikroba dapat dilihat melalui tabel berikut.
1.      Tabel hasil pengamatan sampel bakwan yang dilakukan secara duplo.
No
Pengenceran
Pengenceran 10-3
Pengenceran 10-4
Pengenceran 10-5
1.
Pertama
4 bakteri
2 bakteri
1 bakteri
2.
Kedua
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

4.2  Analisa Hasil
Pada pengenceran 10-3 pertama didapatkan hasil bahwa terdapat jumlah bakteri yang tumbuh pada sampel (bakwan) yaitu sebanyak 4 bakteri. Pada pengenceran 10-4 pertama didapatkan hasil bahwa terdapat jumlah bakteri yang tumbuh pada sampel (bakwan) yaitu  sebanyak 2 bakteri dan pada pengenceran 10-5  pertama didapatkan hasil bahwa terdapat jumlah bakteri yang tumbuh pada sampel (bakwan) yaitu sebanyak 1 bakteri. Sedangkan untuk pengenceran 10-3 kedua tidak ditemukan adanya bakteri yang terdapat pada cawan petri. Begitu pula untuk pengenceran 10-4 dan 10-5 kedua tidak ditemukan adanya bakteri yang tumbuh pada cawan petri.
Sebelum dilakukannya pengenceran yaitu pertama kali memasukkan 95 ml akuades ke dalam erlenmeyer sebagai media untuk sampel yang telah dihaluskan sebanyak 5 gram yang akan diencerkan nantinya. Kemudian ambil akuades 9 ml menggunakan gelas ukur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yaitu sebagai pengenceran 10-2, 10-3, 10-4,  dan 10-5. Ambil 1 ml dari 10-2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-3. Begitu juga seterusnya sampai pengenceran 10-5. Kemudian ditutup menggunakan kapas dan aluminium foil agar tidak terjadinya kontaminasi.
Selanjutnya penanaman bakteri dilakukan dengan cara mengambil 3 sampel terakhir dari pengenceran yaitu 10-5, 10-4, dan 10-3. Ambil 1 ml dari pengenceran 10-3 kemudian di teteskan ke dalam cawan petri yang telah disterilkan lalu tuangkan media NA yang telah dibuat (pada praktikum sebelumnya dengan suhu ± 10°C diletakkan di dalam kulkas). Penuangaan media NA (suhu 45°C yang telah di panaskan di dalam autoklaf) di dekatkan dengan sumber api agar meminimalisir terjadinya kontaminasi. Setelah dituangkan, tutup cawan petri dan aduk dengan posisi seperti angka 8 agar tercampur rata. Tunggu hingga memadat. Setelah padat cawan petri dibalik agar tidak ada uap air yang jatuh saat di inkubasikan. Lakukan hal yang sama secara duplo pada pengenceran selanjutnya. Setiap pengambilan 1 ml dari pengenceran diusahakan pipet tetes dalam keadaan yang steril. Kemudian bungkus cawan petri menggunakan kertas wrap agar tidak terjadinya kontaminasi. Lalu beri kertas label dan beri nama kemudian di inkubasikan selama ± 28 jam.
Setelah ± 28 jam pengamatan dilakukan kembali untuk menghitung jumlah bakteri yang tumbuh di dalam cawan petri. Catat hasil yang didapatkan untuk dilaporkan.
4.3 Pembahasan
Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam.
Pengenceran yang dilakukan secara duplo menggunakan cawan petri sebanyak 6 buah tujuannya sebagai pembanding hasil yang akan didapatkan. Jika pada pengenceran pertama ditemukan adanya bakteri, maka diharapkan pada pengenceran duplo (kedua) tidak ditemukan adanya bakteri yang tumbuh pada media yang telah ditanam mikroba. Jika tidak ditemukan adanya mikroba maka cara kerja praktikan sudah aseptis.
Sebelum melakukan pengenceran, praktikan menyemprotkan telapak tangan menggunakan alcohol 70% agar kondisi nya aseptis dan hasil yang didapatkan juga aseptis. Begitupula pada meja kerja yang akan digunakan dalam percobaan juga harus dalam kondisi yang aseptis agar tidak adanya kontaminasi.
Pada data hasil pengamatan didapatkan bahwa pada pengenceran 10-3 jumlah mikroba yang ditemukan sebanyak 4 bakteri dan pada pengenceran 10-4 sebanyak 2 bakteri serta pada pengenceran 10-5 sebanyak 1 bakteri. Sedangkan pada cawan petri yang kedua (duplo) tidak ditemukan adanya bakteri yang tumbuh pada cawan petri yang berisi sampel dan media NA yang telah dihomogenkan. Karena semakin banyak dilakukannya pengenceran maka hasil yang diharapkan akan semakin kecil dan bisa untuk dihitung dan dilihat dengan mata telanjang.
Penanaman mikroba dilakukan untuk menumbuhkan bakteri yang ditanam pada cawan petri yang berisi 1 ml sampel dan media NA. Bakteri akan tumbuh ± 28 jam setelah pengenceran dan penanaman mikroba dilakukan dengan posisi cawan petri terbalik yang diinkubasikan.
Dalam praktikum pengenceran dan penanaman mikroba ini dilakukan dengan cara metode tuang karena metode ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan keterampilan khusus dalam melakukannya dan cocok dilakukan oleh pemula. 
Media yang digunakan dalam praktikum ini yaitu media agar NA (Nutrient Agar). Karena NA banyak mengandung nutrisi yang cocok ditumbuhi oleh bakteri.



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat di simpulkan bahwa:
  1. Metode yang digunakan dalam praktikum pengenceran dan penanaman mikroba ini adalah metode pour plate (metode tuang).
  2. Pada pengenceran 10-3 mikroba yang tumbuh yaitu 4 bakteri dan pada pengenceran 10-4 mikroba yang tumbuh yaitu 2 bakteri serta pada pengenceran 10-5 mikroba yang tumbuh yaitu 1 bakteri.
  3. Semakin banyak dilakukan pengenceran maka hasil bakteri yang tumbuh akan semakin sedikit. Begitupula jika pengenceran dilakukan secara duplo.
  4. Sampel yang digunakan yaitu bakwan seberat 5 gram yang telah dihaluskan menggunakan mortar.
  5. Media NA yang dituangkan ke dalam cawan petri dalam kondisi cair (±45°C).
  6. Akuades 95 ml disini bertindak sebagai pengencer yang nantinya akan di campurkan dengan sampel yang telah dihaluskan.
  7. Media NA digunakan karena mengandung banyak nutrisi dan biasanya banyak ditumbuhi oleh bakteri.
  8. Hasil pengamatan mikroba dilakukan ± 28 jam dan ditemukan adanya mikroba pada pengenceran cawan petri pertama dan tidak ditemukan mikroba pada pengenceran cawan petri yang kedua (duplo).
  9. Dilakukannya pengenceran secara duplo yaitu betujuan untuk mengurangi jumlah mikroba (bakteri) yang dapat dihitung dan terlihat dengan mata. 
  10. Duplo merupakan cara untuk membandingkan hasil yang akan didapatkan dan lebih aseptis.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum, alat dan bahan yang digunakan benar-benar cukup sehingga praktikum dapat dilaksanakan dengan cepat. Misalnya pipet tetes dan timbangan. Selanjutnya praktikan harus bekerja secara hati-hati agar hasil yang didapatkan dalam kondisi yang aseptis dan jauh dari kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asriyah. 2010. Hitung Jumlah Bakteri Metode Pour Plate.
(diakses pada tanggal 15 april 2017 pukul 20:05 WIB)
Faiz, 2009. Metode Penanaman. http://faizcute.blogspot.com
(diakses pada tanggal 15 april 2017 pukul 15:07 WIB).
Fathir, fuad. 2009. Media Pertumbuhan Mikroba. http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2
(diakses pada tanggal 15 april 2017 pukul 15:43 WIB).
Gobel, Risco B dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hadioetomo. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia : Jakarta.
Lay BW dan Hastowo S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta : Rajawali Press.
Nurindriyani, Asnani. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unhalu : Kedari.
Nurohaianah et al, 2007. Media. UI Press. Jakarta.
Prescot, L. M. 2002. Prescott-Harley-klein : Microbiology 5 th Edition. USA : The McGrowth-Hill Companies.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UPT Penerbit UMM. Malang.



LAMPIRAN

Gambar 3
 
Gambar 2
 
Gambar 1
 
    

Gambar 6
 
Gambar 5
 
Gambar 4
 
    

        







Gambar 7
 

Gambar 8
 

Gambar 9
 

                     







Gambar 10
 

Gambar 11
 

Gambar 12
 

 
Gambar 15
 
Gambar 13
 
Gambar 14
 
            

Gambar 17
 
Gambar 16
 
  

Gambar 18
 
Gambar 20
 
Gambar 19
 
       

Gambar 23
 
Gambar 22
 
Gambar 21
 
        

Gambar 26
 
Gambar 25
 
Gambar 24
 
      
Gambar 29
 
Gambar 27
 
Gambar 28
 
       

Gambar 30
 
Gambar 32
 
Gambar 31
 
           

Gambar 35
 
Gambar 34
 
Gambar 33
 
           

KETERANGAN GAMBAR
  1. Penuangan akuades sebanyak 95 ml ke dalam erlenmeyer.
  2.  Akuades 95 ml yang akan dicampur dengan sampel.
  3. Pengukuran akuades pada gelas ukur sebanyak 9 ml yang akan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
  4. Tabung reaksi 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5 yang berisi 9 ml akuades.
  5. Akuades 95 ml yang ditutup menggunakan kapas dan aluminium agar tidak terkontaminasi.
  6. Tabung reaksi yang ditutup kapas dan aluminium agar tidak terkontaminasi.
  7. Media NA cair (±45°C) yang dipanaskan di dalam autoklaf
  8. Mortar dan alu yangdigunakan untuk menghaluskan sampel bakwan sebanyak 5 gram.
  9. Akuades
  10. Proses penggilingan sampel.
  11. Penimbangan aluminium foil seberat 0,2 gram.
  12. Penimbangan sampel sebanyak 5,2 gram.
  13. Sampel yang dibungkus dengan aluminium foil yang akan diletakkan di dalam kulkas pada suhu 10°C yang telah diberi label.
  14. Sampel yang akan siap dipakai agar tidak terkontaminasi.
  15. Media NA yang sudah dicairkan di dalam waterbath.
  16. Alat dan bahan yang didekatkan dengan sumber api (bunsen) agar tidak terkontaminasi.
  17. Tabung reaksi pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 dan 10-5.
  18. Sampel yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 95 ml akuades.
  19. Media yang akan dihomogenkan.
  20. Proses menggoncangkan sampel agar tercampur rata.
  21. Erlenmeyer yang berisi sampel yang telah dihomogenkan ditutup menggunakan kapas.
  22. Pengambilan 1 ml sampel untuk dimasukkan ke dalam ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5.
  23. Penuangan 1 ml sampel ke pengenceran 10-2 didalam tabung reaksi.
  24. Tabung reaksi berisi 1 ml sampel pada pengenceran 10-2 yang ditutup kapas dan aluminium foil.
  25. Penuangan media NA ke cawan petri yang berisi 1 ml sampel yang diambil pada pengenceran 10-5.
  26. Cawan petri yang telah selesai disterilkan.
  27. Cawan petri yang dibungkus plastic wrap yang sudah siap untuk diinkubasi.
  28. Cawan petri pada pengenceran 10-5, 10-4, dan 10-3 secara duplo.
  29. Cawan petri yang telah ditanami mikroba dan akan diinkubasikan.
  30. Hasil pengenceran 10-3 (1) terdapat 4 bakteri.
  31. Hasil pengenceran 10-4 (1) terdapat 2 bakteri.
  32. Hasil pengenceran 10-5 (1) terdapat 1 bakteri.
  33. Cawan petri yang tidak ditumbuhi bakteri pada pengenceran 10-5, 10-4, 10-3 yang dilakukan secara duplo.
  34. Cawan petri yang tidak ditumbuhi bakteri pada pengenceran 10-5, 10-4, 10-3 yang dilakukan secara duplo.
  35. Cawan petri yang tidak ditumbuhi bakteri pada pengenceran 10-5, 10-4, 10-3 yang dilakukan secara duplo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar