PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
PENGENCERAN DAN PENANAMAN MIKROBA
Nama : DINI LINDA ARYANTI
NIM : J1A116004
Kelompok : II ( dua )
Shift : II ( dua )
Asisten : 1. Ika Gusriani, S.TP ., MP
2. Haryati, S. Si
Nilai
Laporan
|
Tanggal
Terima Laporan dan Paraf Asisten
|
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan
mikroorganisme dipengaruhi oleh adanya nutrisi dan faktor lingkungan. Bahan nutrisi
yang tersedia dapat berupa bahan alami dan dapat pula berupa bahan sintetis.
Bahan nutrisi yang digunakan mikroorganisme biasanya berupa senyawa sederhana
yang tersedia secara langsung atau berasal dari senyawa yang kompleks yang
kemudian dipecah oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang sederhana melalui
proses enzimatik. Bahan nutrisi ini dapat berupa cairan atau padatan setengah
padat (semi solid) yang disebut sebagai media.
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan
pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim
dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu
senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari
senyawa yang dilarutkan/diencerkan.
Penanaman
bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri
dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi. Inokulasi dilakukan dalam kondisi aseptik, yakni kondisi dimana semua
alat yang ada dalam hubungannya dengan medium dan pengerjaan, dijaga agar tetap
steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
1.2
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini sebagai
berikut.
1. Memahami persiapan dan pelaksanaan pengenceran bertingkat
suspensi bakteri.
2.
Mengenal dan
memahami teknik-teknik isolasi bakteri.
BAB II
TINJAUAN
PUSATAKA
Pengenceran adalah
melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih
mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan
bakteri yang ditanam (Fais, 2009).
Pengenceran
merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi
larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan
menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007).
Medium ialah bahan
yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya. Untuk
dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan sebaik – sebaiknya. Pertama harus dapat memahami kebutuhan dasar nya. Lalu
mencoba memformulakan meskipun persyaratan nutrien mikroorganisme amat beragam,
namun sebagai makhluk hidup, mereka mempunyai kebutuhan dasar yang sama yaitu
meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Hadioetomo,
1985).
Media agar merupakan substrat yang
sangat baik untuk memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing
jenisnya menjadi terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan
dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni,
yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan yang
diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium agar
nutrient dengan metode cawan gores atau media cawan tuang, sel-sel mikroorganisme
akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu
memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18-24 jam terbentuklah
massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh
mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme
(Joddi, 2006).
Prinsip
dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain
yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni
sel yang tetap pada tempatnya (Asnani dkk, 2007).
Isolasi
adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni
ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu sel
tunggal. Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu,
cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara
penyebaran, cara pengucilan 1 sel . Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan (Waluyo, 2007).
Beberapa
cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain untuk
mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara
taburan atau tuang (pour palte), cara sebar (spread plate), cara pengenceran
(dilution method), serta manipulator (the micro manipulator method). Metode
pengenceranbertujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang
tersuspensi dalam cairan, dengan cara melakukan pengenceran bertingkat terhadap
sampel air.Sedangkan metode tuang adalah suatu metode yang dilakukan dengan
caramemasukkan sampel yang telah diencerkan terlebih dahulu ke dalam cawan
petri, dan dituangi dengan medium (Lay W, 1992).
NA
juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah
satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa
dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan
sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni
dengan cara disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit (Fathir et
al., 2009).
Pada
metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana
ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang
telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke
mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati
koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30-
300 koloni (Gobel, 2008).
Metode pour plate (cawan tuang)
adalah suatu teknik untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan
cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri (agar)
sehingga sel - sel tersebut tersebar merata dan diam baik di permukaan agar
atau di dalam agar (Harley and Presscot, 2002).
Menurut Asriyah (2010) dalam metode pour
plate (cawan tuang) diperlukan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar
di dalam cawan petri. Setelah diinkubasi akan terbentuk koloni pada cawan
tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Metode pour plate sangat mudah dilakukan
karena tidak membutuhkan keterampilan khusus dengan hasil biakan yang cukup
baik. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah
diketahui beratnya ke dalam 9 mL garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau larutan
buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak
rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa
kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan
(biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml suspensi dituang
ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur
(nutrien agar) steril hangat (40 - 50⁰C)
kemudian ditutup rapat dan diinkubasi selama 1 - 2 hari pada suhu 37⁰C. Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi
steril agar tidak terjadi kontaminasi atau tumbuh atau masuknya organisme yang tidak
diinginkan. Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain
mengganggu proses penuangan (media panas
sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih mengeluarkan uap yang akan
menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu proses pengamatan. Pada metode
ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik,
dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian diletakkan dalam
incubator. Pada metode pour plate volume kultur sebanyak 0,1 - 1,0 mL diambil
dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian ditambahkan media agar
cair dan dilakukan pencampuran antara kultur dan media dengan memutar cawan
petri secara pelan pada permukaan yang rata. Karena sampel dicampur dengan media
agar cair, maka volume kultur yang digunakan dapat lebih tinggi dibanding
dengan metode spread plate. Pada pengujian dengan metode pour plate, kultur/sampel
mikroba yang digunakan harus dapat bertahan hidup pada saat media agar dengan
suhu sekitar 45ºC ditambahkan.
Menurut Asriyah (2010) ada
keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan metode pour plate.
·
Keuntungan metode pour plate adalah sebagai berikut :
- Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung
sekaligus
3. Dapat digunakan
untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk
4. Mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penambahan
spesifik.
·
Kelemahan metode pour plate adalah sebagai berikut :
- Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
- Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda.
- Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
- Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun
praktikum ini dilakukan pada :
Hari dan Tanggal : Rabu, 12 April 2017
Waktu : Pukul 10.00-12.00 WIB
Tempat :
Laboratorium Biologi lantai 1 ruang B104 Fakultas Teknologi Pertanian, Pondok
Meja Universitas Jambi.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang diperlukan selama proses praktikum ini, dengan peralatan
yang diperlukan antara lain :
-
B. Bahan :1. Akuades.2. Kapas.3. Aluminium foil.4. Plastik wrap.5. Kertas pembungkus.6. Tissue.7. Kertas label.8. Alkohol 70%.9. Spritus.
1. Erlenmeyer 250 ml.
2. Batang pengaduk.
3. Tabung reaksi.
4. Rak tabung reaksi.
5. Cawan petri.
6. Autoklaf.
7. Oven.
8. Pemanas listrik / hot plate.
9. Pipet volumetrik.
10. Bunsen.
11. Botol semprot alkohol.
12. Mortal.
13. Inkubator.
14. Vortex.
3.3 Skema Kerja
- Siapkan 5 gram bahan sampel, tumbuk menggunakan mortar sampai halus, masukkan ke dalam larutan pengencer akuades 95 ml yang sebelumnya telah disiapkan, kocok sampai merata secara homogen selanjutnya disebut sebagai pengenceran pertama 10-1.
- Pipet 1 ml dari 10-1 kemudian masukkan ke tabung reaksiyang berisi 9 ml larutan pengencer, selanjutnya disebut sebagai pengenceran ke dua 10-2. Lakuakan hal yang sama sampai pengenceran terakhir yaitu 10-5.
- Ambil 1 ml pada pengenceran 10-5, 10-4, dan 10-3 tuang ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan media NA yang masih cair (±45°C) lakukan secara duplo, kocok secara homogeny dan tunggu sampai memadat, setelah memadat balikkan cawan petri, inkubasi selama 2 hari (media tuang).
- Lakukan pengamatan dan perhitungan jumlah koloni.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Pengamatan
Adapun data hasil pengamatan pengenceran dan
penanaman mikroba dapat dilihat melalui tabel berikut.
1. Tabel hasil pengamatan sampel bakwan yang dilakukan
secara duplo.
No
|
Pengenceran
|
Pengenceran 10-3
|
Pengenceran 10-4
|
Pengenceran 10-5
|
1.
|
Pertama
|
4 bakteri
|
2 bakteri
|
1 bakteri
|
2.
|
Kedua
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
4.2
Analisa Hasil
Pada
pengenceran 10-3 pertama didapatkan hasil bahwa terdapat jumlah
bakteri yang tumbuh pada sampel (bakwan) yaitu sebanyak 4 bakteri. Pada
pengenceran 10-4 pertama didapatkan hasil bahwa terdapat jumlah
bakteri yang tumbuh pada sampel (bakwan) yaitu sebanyak 2 bakteri dan pada pengenceran 10-5
pertama didapatkan hasil bahwa terdapat
jumlah bakteri yang tumbuh pada sampel (bakwan) yaitu sebanyak 1 bakteri.
Sedangkan untuk pengenceran 10-3 kedua tidak ditemukan adanya
bakteri yang terdapat pada cawan petri. Begitu pula untuk pengenceran 10-4
dan 10-5 kedua tidak ditemukan adanya bakteri yang tumbuh pada cawan
petri.
Sebelum
dilakukannya pengenceran yaitu pertama kali memasukkan 95 ml akuades ke dalam
erlenmeyer sebagai media untuk sampel yang telah dihaluskan sebanyak 5 gram
yang akan diencerkan nantinya. Kemudian ambil akuades 9 ml menggunakan gelas
ukur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yaitu sebagai pengenceran 10-2,
10-3, 10-4, dan 10-5.
Ambil 1 ml dari 10-2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-3.
Begitu juga seterusnya sampai pengenceran 10-5. Kemudian ditutup
menggunakan kapas dan aluminium foil agar tidak terjadinya kontaminasi.
Selanjutnya
penanaman bakteri dilakukan dengan cara mengambil 3 sampel terakhir dari
pengenceran yaitu 10-5, 10-4, dan 10-3. Ambil
1 ml dari pengenceran 10-3 kemudian di teteskan ke dalam cawan petri
yang telah disterilkan lalu tuangkan media NA yang telah dibuat (pada praktikum
sebelumnya dengan suhu ± 10°C diletakkan di dalam kulkas). Penuangaan media NA
(suhu 45°C yang telah di panaskan di dalam autoklaf) di dekatkan dengan sumber
api agar meminimalisir terjadinya kontaminasi. Setelah dituangkan, tutup cawan
petri dan aduk dengan posisi seperti angka 8 agar tercampur rata. Tunggu hingga
memadat. Setelah padat cawan petri dibalik agar tidak ada uap air yang jatuh
saat di inkubasikan. Lakukan hal yang sama secara duplo pada pengenceran
selanjutnya. Setiap pengambilan 1 ml dari pengenceran diusahakan pipet tetes
dalam keadaan yang steril. Kemudian bungkus cawan petri menggunakan kertas wrap
agar tidak terjadinya kontaminasi. Lalu beri kertas label dan beri nama kemudian
di inkubasikan selama ± 28 jam.
Setelah ± 28 jam pengamatan dilakukan kembali untuk
menghitung jumlah bakteri yang tumbuh di dalam cawan petri. Catat hasil yang
didapatkan untuk dilaporkan.
4.3 Pembahasan
Pengenceran adalah melarutkan atau
melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya.
Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam.
Pengenceran
yang dilakukan secara duplo menggunakan
cawan petri sebanyak 6 buah tujuannya sebagai pembanding hasil yang akan
didapatkan. Jika pada pengenceran pertama ditemukan adanya bakteri, maka
diharapkan pada pengenceran duplo (kedua) tidak ditemukan adanya bakteri yang
tumbuh pada media yang telah ditanam mikroba. Jika tidak ditemukan adanya
mikroba maka cara kerja praktikan sudah aseptis.
Sebelum
melakukan pengenceran, praktikan menyemprotkan telapak tangan menggunakan
alcohol 70% agar kondisi nya aseptis dan hasil yang didapatkan juga aseptis.
Begitupula pada meja kerja yang akan digunakan dalam percobaan juga harus dalam
kondisi yang aseptis agar tidak adanya kontaminasi.
Pada
data hasil pengamatan didapatkan bahwa pada pengenceran 10-3 jumlah
mikroba yang ditemukan sebanyak 4 bakteri dan pada pengenceran 10-4
sebanyak 2 bakteri serta pada pengenceran 10-5 sebanyak 1 bakteri.
Sedangkan pada cawan petri yang kedua (duplo) tidak ditemukan adanya bakteri
yang tumbuh pada cawan petri yang berisi sampel dan media NA yang telah
dihomogenkan. Karena semakin banyak dilakukannya pengenceran maka hasil yang
diharapkan akan semakin kecil dan bisa untuk dihitung dan dilihat dengan mata
telanjang.
Penanaman
mikroba dilakukan untuk menumbuhkan bakteri yang ditanam pada cawan petri yang
berisi 1 ml sampel dan media NA. Bakteri akan tumbuh ± 28 jam setelah
pengenceran dan penanaman mikroba dilakukan dengan posisi cawan petri terbalik
yang diinkubasikan.
Dalam
praktikum pengenceran dan penanaman mikroba ini dilakukan dengan cara metode
tuang karena metode ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan keterampilan
khusus dalam melakukannya dan cocok dilakukan oleh pemula.
Media
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu media agar NA (Nutrient Agar). Karena
NA banyak mengandung nutrisi yang cocok ditumbuhi oleh bakteri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan diatas, dapat di simpulkan bahwa:
- Metode yang digunakan dalam praktikum pengenceran dan penanaman mikroba ini adalah metode pour plate (metode tuang).
- Pada pengenceran 10-3 mikroba yang tumbuh yaitu 4 bakteri dan pada pengenceran 10-4 mikroba yang tumbuh yaitu 2 bakteri serta pada pengenceran 10-5 mikroba yang tumbuh yaitu 1 bakteri.
- Semakin banyak dilakukan pengenceran maka hasil bakteri yang tumbuh akan semakin sedikit. Begitupula jika pengenceran dilakukan secara duplo.
- Sampel yang digunakan yaitu bakwan seberat 5 gram yang telah dihaluskan menggunakan mortar.
- Media NA yang dituangkan ke dalam cawan petri dalam kondisi cair (±45°C).
- Akuades 95 ml disini bertindak sebagai pengencer yang nantinya akan di campurkan dengan sampel yang telah dihaluskan.
- Media NA digunakan karena mengandung banyak nutrisi dan biasanya banyak ditumbuhi oleh bakteri.
- Hasil pengamatan mikroba dilakukan ± 28 jam dan ditemukan adanya mikroba pada pengenceran cawan petri pertama dan tidak ditemukan mikroba pada pengenceran cawan petri yang kedua (duplo).
- Dilakukannya pengenceran secara duplo yaitu betujuan untuk mengurangi jumlah mikroba (bakteri) yang dapat dihitung dan terlihat dengan mata.
- Duplo merupakan cara untuk membandingkan hasil yang akan didapatkan dan lebih aseptis.
5.2
Saran
Sebaiknya dalam
melakukan praktikum, alat dan bahan yang digunakan benar-benar cukup sehingga
praktikum dapat dilaksanakan dengan cepat. Misalnya pipet tetes dan timbangan.
Selanjutnya praktikan harus bekerja secara hati-hati agar hasil yang didapatkan
dalam kondisi yang aseptis dan jauh dari kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Asriyah. 2010. Hitung Jumlah Bakteri Metode Pour
Plate.
(diakses pada tanggal 15 april 2017 pukul 20:05 WIB)
Faiz, 2009. Metode Penanaman. http://faizcute.blogspot.com
(diakses
pada tanggal 15 april 2017 pukul 15:07 WIB).
Fathir, fuad. 2009. Media Pertumbuhan Mikroba. http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2
(diakses
pada tanggal 15 april 2017 pukul 15:43 WIB).
Gobel, Risco B dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hadioetomo.
1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.
Gramedia : Jakarta.
Lay BW dan Hastowo S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta : Rajawali Press.
Nurindriyani, Asnani. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unhalu : Kedari.
Nurohaianah et al, 2007. Media. UI Press. Jakarta.
Prescot, L. M. 2002. Prescott-Harley-klein : Microbiology 5 th Edition. USA : The
McGrowth-Hill Companies.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UPT Penerbit UMM. Malang.
LAMPIRAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
KETERANGAN GAMBAR
- Penuangan akuades sebanyak 95 ml ke dalam erlenmeyer.
- Akuades 95 ml yang akan dicampur dengan sampel.
- Pengukuran akuades pada gelas ukur sebanyak 9 ml yang akan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Tabung reaksi 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5 yang berisi 9 ml akuades.
- Akuades 95 ml yang ditutup menggunakan kapas dan aluminium agar tidak terkontaminasi.
- Tabung reaksi yang ditutup kapas dan aluminium agar tidak terkontaminasi.
- Media NA cair (±45°C) yang dipanaskan di dalam autoklaf
- Mortar dan alu yangdigunakan untuk menghaluskan sampel bakwan sebanyak 5 gram.
- Akuades
- Proses penggilingan sampel.
- Penimbangan aluminium foil seberat 0,2 gram.
- Penimbangan sampel sebanyak 5,2 gram.
- Sampel yang dibungkus dengan aluminium foil yang akan diletakkan di dalam kulkas pada suhu 10°C yang telah diberi label.
- Sampel yang akan siap dipakai agar tidak terkontaminasi.
- Media NA yang sudah dicairkan di dalam waterbath.
- Alat dan bahan yang didekatkan dengan sumber api (bunsen) agar tidak terkontaminasi.
- Tabung reaksi pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 dan 10-5.
- Sampel yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 95 ml akuades.
- Media yang akan dihomogenkan.
- Proses menggoncangkan sampel agar tercampur rata.
- Erlenmeyer yang berisi sampel yang telah dihomogenkan ditutup menggunakan kapas.
- Pengambilan 1 ml sampel untuk dimasukkan ke dalam ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5.
- Penuangan 1 ml sampel ke pengenceran 10-2 didalam tabung reaksi.
- Tabung reaksi berisi 1 ml sampel pada pengenceran 10-2 yang ditutup kapas dan aluminium foil.
- Penuangan media NA ke cawan petri yang berisi 1 ml sampel yang diambil pada pengenceran 10-5.
- Cawan petri yang telah selesai disterilkan.
- Cawan petri yang dibungkus plastic wrap yang sudah siap untuk diinkubasi.
- Cawan petri pada pengenceran 10-5, 10-4, dan 10-3 secara duplo.
- Cawan petri yang telah ditanami mikroba dan akan diinkubasikan.
- Hasil pengenceran 10-3 (1) terdapat 4 bakteri.
- Hasil pengenceran 10-4 (1) terdapat 2 bakteri.
- Hasil pengenceran 10-5 (1) terdapat 1 bakteri.
- Cawan petri yang tidak ditumbuhi bakteri pada pengenceran 10-5, 10-4, 10-3 yang dilakukan secara duplo.
- Cawan petri yang tidak ditumbuhi bakteri pada pengenceran 10-5, 10-4, 10-3 yang dilakukan secara duplo.
- Cawan petri yang tidak ditumbuhi bakteri pada pengenceran 10-5, 10-4, 10-3 yang dilakukan secara duplo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar