Selasa, 18 April 2017

EKSTRAK KULIT MANGGIS




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manggis (Gardnia mangostana Linn) merupakan salah satu buah yang cukup dikenal selain rasanya yang enak. Daging buah manggis dapat mengobati penyakit diare, radang amandel, keputihan, disentri, wasir, borok, peluruh dahak dan sakit gigi. Selain buah manggis, masyarakat juga telah memanfaatkan kulit buah manggis sebagai obat untuk sariawan, disentri, diare, asam urat, pewarna alami, dan bahan membuat cat antikarat (cat berwarna hitam yang tahan cuci) dan perangsang keluarnya cairan nira pada penyadapan kelapa. Menurut Tambunan (1998) dan Subroto (2008) kulit buah manggis mempunyai sifat sebagai anti-aging, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan berat badan, antivirus juga antibakteri.
Kandungan kimia, akar, kulit batang dan kulit buah manggis yaitu saponin, disamping itu akar dan batangnya juga mengandung flavonoid dan polifenol, serta kulit buah manggis juga mengandung tanin, flavonoid, steroid/triterpenoid dan kuinon serta unsur natrium, kalium, magnesium, kalsium, besi, zink dan tembaga. Kulit kayu, kulit buah dan lateks kering manggis mengandung sejumlah zat warna kuning yang berasal dari dua metabolit sekunder yaitu mangostin dan p-mangostin. Mangostin merupakan komponen utama sedangkan kadar (3-mangostin lebih kecil dan 1,3,6,7 tetrahidroksi-2,8-di 3-metil-2butenil) ksanton yang diberi nama a-mangostanin dari kulit buah manggis.
Senyawa xanthone sebagai antioksidan dapat menetralisir radikal bebas yang masuk atau diproduksi di dalam tubuh, mencegah penuaan organ tubuh, mencegah penyakit jantung, mencegah kanker dan kebutaan serta dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sebenarnya fungsi utama anti oksidan adalah menetralisir peroksida yang dikenal sebagai radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan elektron. Untuk mencapai kestabilan, radikal bebas mengambil elektron dari molekul atau sel yang ada di dalam tubuh. Hal ini akan menyebabkan kerusakan pada sel tubuh, yang menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner, ateroskelrosis, osteoporosis, kanker, sirosis hati, Alzheimer, obstruksi paru, diabetes, ginjal kronis, dan stroke (Putra, Sitiatava,2011).

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1)      Kandungan apa saja yang terdapat pada kulit buah manggis?
2)      Seberapa besar kandungan antioksidan pada kulit buah manggis?
3)      Bagaimana proses ekstraksi dan uji percobaan pada kulit buah manggis?

1.3 Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan nya sebagai berikut.
1)      Untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada kulit buah manggis.
2)      Untuk mengetahui kandungan antioksidan pada kulit buah manggis.
3)      Untuk mengetahui proses ekstraksi dan uji percobaan pada kulit buah manggis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kandungan Pada Kulit Buah Manggis
A.   Xanthone
Antioksidan yang terdapat dalam  kulit buah manggis dengan kadar yang tinggi ini memiliki sifat yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, seperti anti-peradangan, anti-diabetes, anti-kanker, anti-bakteri, anti-jamur, anti-plasmodial, dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh, hepatoprotektif.
              Di dalam senyawa xanthone teridentifikasi sekitar 14 jenis senyawa turunannya. Yang paling banyak terkandung dalam buah manggis ialah kandungan alfa-mangostin dan gamma-mangostin. Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain alfa-mangostin, senyawa xanthone juga mengandung gamma-mangostin yang juga memiliki banyak manfaat dalam memberikan proteksi atau melakukan upaya pencegahan terhadap serangan penyakit.
Menurut penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1970-an, kedua turunan senyawa xanthone tersebut bisa menghentikan proses peradangan atau inflamasi dengan jalan menghambat enzim COX-2 yang merupakan enzim pemicu peradangan.
Dalam penelitian lainnya juga ditemukan fakta bahwa gamma-mangostin memiliki sifat anti-radang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan obat-obat inflamasi yang selama ini beredar di pasaran. Dengan demikian, gamma-mangostin mampu memberikan proteksi pada serangan penyakit yang menyebabkan inflamasi seperti alzheimer dan arthritis.
B . Tanin
Tanin, senyawa lain yang terkandung dalam  kulit buah manggis, memiliki aktifitas antioksidan yang mampu menghambat enzim seperti DNA topoisomerase, anti-diare, hemostatik, anti-hemoroid, dan juga menghambat pertumbuhan tumor.
Tanin sendiri mampu membentuk kompleks kuat dengan protein sehingga dapat menghambat penyerapan protein dalam pencernaan. Dengan kata lain bisa disebut anti-nutrisi. Oleh sebab itu, kadar tanin dalam produk-produk pangan patut diperhatikan dan diformulasikan secara cermat supaya kadarnya aman untuk pencernaan manusia.
Antosianin juga memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan yang baik dan memiliki peranan yang cukup penting dalam mencegah beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan neuronal.
Antosianin merupakan kelompok pigmen yang terdapat dalam tanaman dan biasanya banyak ditemukan dalam bunga, sayuran maupun buah-buahan seperti manggis, stroberry, rasberry, apel, dan lainnya.
C . Anti-Inflamasi (Peradangan)
Kulit buah manggis memiliki kemampuan sebagai anti-inflamasi (anti-peradangan). Untuk membuktikan hal itu, penelitian yang dilakukan adalah dengan memakai mangostin dari ekstrak etanol 40% yang memiliki aktifitas penghambatan terhadap pelepasan nistamin dan sintesis prostagladin E2 sebagai perantara inflamasi. Kandungan ekstrak etanol dalam kulit buah Manggis mampu meredam radikal bebas secara kuat (Tjahjaningtyas, 2011)
D . Anti-Kanker
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kandungan xanthone dalam kulit buah Manggis mampu berperan sebagai senyawa anti-kanker. Kulit buah Manggis memiliki sifat antiproliferasi untuk bisa menghambat pertumbuhan sel kanker, selain juga mampu menghancurkan sel kanker.
Khasiat kulit manggis selain mengandung Xanthone yang merupakan zat yang memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi, kulit buah manggis juga sangat kaya akan antioksidan tinggi yang dapat mengobati berbagai macam penyakit bahkan penyakit maut sekalipun seperti penyakit jantung, kanker,stroke, diabetes, ginjal, hepatitis, AIDS, dan lain-lain.
Kulit manggis mengandung 50 senyawa xanthone. Xanthone adalah bioflavonoid yang bersifat antioksidan, antibakteri, antitumor, antialergi, antiinflamasi dan antihistamin. Di alam ini terdapat sekitar 200 jenis xanthone dimana 50 jenis diantaranya berada pada buah manggis (Garcinia mangostana). Senyawa itu tersebar pada kulit buah dan biji, kulit batang, daun serta sebagian kecil pada daging buahnya.
Beberapa penelitian telah dilakukan di berbagai negara untuk membuktikan bahwa ternyata terdapat cukup banyak manfaat kulit manggis untuk kesehatan. Penelitian berbagai manfaat kulit manggis ini dilakukan di seluruh dunia tersebar di 4 benua, 12 negara dan semuanya memberikan hasil yang positif.
Beberapa peneliti manfaat kulit manggis mengatakan bahwa kulit manggis mujarab mengatasi berbagai macam penyakit berkat adanya senyawa xanthone.

Manfaat Kulit Buah Manggis Tersebut Bagi Kesehatan:
A. Menjaga  kesehatan tubuh dan meningkatkan energi.
B. Memperbaiki elastisitas sel tubuh dan menurunkan berat badan.
C. Menyeimbangkan sistem kelenjar endokrin.
D. Menjaga kesehatan otak.
E. Meningkatkan kemampuan tubuh dalam mengatasi stress.
F. Menjaga kesehatan pencernaan.
G. Mencegah batu ginjal.
H. Mengurangi resiko serangan jantung.
I. Mencegah penyakit kanker ringan.

2.2 Kandungan Antioksidan Pada Kulit Buah Manggis
a. Xanthone
Oksidasi adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen, atau pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita. Antioksidan bersifat sangat mudah teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain. Jadi keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding dengan molekul yang lain. Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif antioksidan tersebut .
Berkaitan dengan fungsinya senyawa antioksidan dapat diklasifikasikan dalam 5 tipe antioksidan yaitu:
a) Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA (butyl hidroksilanisol), BHT (butyl  hydrotoluen), dan tokoferol.
b) Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat), askorbil palminat, asam eritorbat, dan sulfit.
      c) Secondary antioxidant, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya yaitu asam tiodipropionat dan dilauril tiopropionat.
      d) Antioxidative Enzyme, yaitu enzim yang berperan mencegah terbentuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase (SOD), glutation peroksidase dan katalase.
     e) Chelators sequestrants, yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besi dan tembaga yang mampu mengkatalisa reaksi oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid.
Senyawa antioksidan terkuat, yang terdapat dalam kulit manggis adalah senyawa xanthone yang merupakan senyawa organik turunan dari difenil-γ-pyron. Senyawa xanthone merupakan substansi kimia alami yang dapat digolongan dalam senyawa jenis fenol atau polyphenolic. Karena itulah, senyawa xanthone dapat digolongkan sebagai senyawa polar. Senyawa ini memiliki rumus molekul C13H8O2, sehingga memiliki massa molar sebesar 196,19 gram/ mol. Dalam penamaan menurut IUPAC, senyawa ini diberi nama 9H-xanthen-9-one.
b. Poliphenol
Polifenol adalah kelompok antioksidan yang secara alami ada di dalam sayuran (brokoli, kol, seledri), buah-buahan (apel, delima, melon, ceri, pir, dan stroberi), kacang-kacangan (walnut, kedelai, kacang tanah), minyak zaitun, dan minuman (seperti teh, kopi, cokelat dan anggur merah/red wine).
Polifenol umumnya banyak terkandung dalam kulit buah. Senyawa polifenol terdiri dari beberapa subkelas yakni, flavonol, isoflavon (dalam kedelai), flavanon, antosianidin, katekin, dan biflavan. Turunan dari katekin seperti epikatekin, epigalo-katekin, apigalo-katekin galat, dan quercetin umumnya ditemukan dalam teh dan apel. Dua unsur terakhir merupakan antioksidan kuat, dengan kekuatan 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan vitamin E yang dikenal sebagai antioksidan potensial.
Jenis polifenol lain adalah tanin yang banyak terkandung dalam teh dan cokelat.  Secara umum kekuatan senyawa fenol sebagai antioksidan tergantung dari beberapa faktor seperti ikatan gugus hidroksil pada cincin aromatik, posisi ikatan, posisi hidroksil bolak balik pada cincin aromatik dan kemampuannya dalam memberi donor hidrogen atau elektron serta kemampuannya dalam ”merantas” radikal bebas (free radical scavengers). Semua polifenol mampu ”merantas” oksigen dan radikal alkil dengan memberikan donor elektron sehingga terbentuk radikal fenoksil yang relatif stabil. Ada hubungan antara kemampuan senyawa fenol sebagai antioksidan dan struktur kimianya. Konfigurasi dan total gugus hidroksil merupakan dasar yang sangat mempengaruhi mekanisme aktivitasnya sebagai antioksidan flavonoid.
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Pigmen/ zat warna yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan seperti zat warna merah, ungu, biru, kuning, dan hijau tergolong senyawa flavonoid.   Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon (C6-C3-C6), terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi. Kebanyakan senyawa terkonjugasi pada umumnya berwarna cerah sehingga menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak .   
Di dalam tumbuhan flavonoid biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut glikon. Aglikon flavonoid yaitu molekul yang tidak berikatan dengan gula adalah polifenol.
Flavonoid mudah mengalami perusakan karena panas, kerja enzim dan pH. Senyawa Catechin yang banyak terdapat pada buah – buahan, termasuk manggis dapat digolongkan sebagai senyawa flavonoida, dari sub kelas Flavan-3-ol.

2.3 Proses Ekstraksi dan Uji Percobaan Pada Kulit Buah Manggis
Untuk mengukur daya antioksidan yang dimiliki oleh suatu tanaman, dibutuhkan metode pengukuran aktivitas antioksidan. Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant power), DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), dan FRAP (ferric reducing antioxidant power) (Widystuti, 2010)
Untuk menguji aktivitas antioksidan secara kuantitatif lebih dipilih metode DPPH (2,2- difenil-1-pikrilhi-drazil). Metode ini dipilih karena ujinya sederhana. DPPH merupakan radikal bebas sintetik yang akan bereaksi dengan senyawa antioksidan dengan mengambil atom hidrogen dari senyawa antioksidan tersebut untuk mendapatkan pasangan electron.
Aktivitas antioksidan dapat dilihat dari nilai EC50 (Effective Concentration50%), dimana EC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Semakin kecil nilai EC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai EC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk EC50 bernilai 50-100 ppm, sedang jika bernilai 100-150 ppm, dan lemah jika nilai EC50 bernilai 151-200 ppm (Fatimah, Cut Zuhra, dkk, 2008).
Setelah ditentukan perbandingan air yang ditambahkan sesuai analisa viskositas dan kadar airnya kemudian ditentukan presentasi bahan pengisi yang dibutuhkan dan dengan suhu inlet spray dryer tertentu, proses pembuatan ekstrak kulit manggis dapat dilihat pada diagram alir seperti pada gambar berikut :
Air
 
Pengambilan daging kulit manggis
 
Blender
 
                                                            


 
Kulit manggis
 
Penyaringan
 
 


 







  • Karakteristik ekstrak kulit manggis cair.
Manggis yang digunakan merupakan buah manggis segar yang diambil kulit bagian dalamnya (berwarna merah hingga ungu tua). Kemudian diekstrak menggunakan blender dengan beberapa variasi penambahan air yaitu 1:6, 1:8, dan 1:10. Maksud perbandingan antara kulit manggis dan air 1: 6 adalah 100 gram kulit manggis bagian dalam ditambahkan air sebanyak 600 ml. Hasil ekstraksi disaring hingga diperoleh ekstrak kulit manggis.
Pada proses ekstraksi kulit manggis, ekstrak yang didapat biasanya menggumpal seperti jelly jika didiamkan lebih dari 5 menit. Semakin besar perbandingan antara kulit manggis dan air, terjadinya proses penggumpalan membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini dikarenakan adanya kandungan tannin pada kulit manggis yang membentuk koloidal dalam air.
Pemecahan koloidal dapat dilakukan dengan pengadukan ekstrak setelah proses penyaringan. Oleh karena itu selama proses penyaringan, hasil proses penyaringan diaduk di atas magnetic stirrer.
                      
Pada percobaan penentuan suhu udara inlet, maltodekstrin yang ditambahkan sebanyak 30%. Selanjutnya dilakukan proses spray drying pada suhu inlet 160, 170, 180, dan 190°c. Maksud penambahan 30% maltodekstrin adalah setiap 100 ml ekstrak kulit manggis ditambahkan 30 gram maltodekstrin. Analisa ekstrak kulit manggis sebelum dan sesudah  ditambahkan maltodekstrin meliputi kadar air dan viskositas.
Kadar air akan meningkat dengan kenaikan perbandingan antara kulit manggis dan air, karena jumlah air yang ditambahkan lebih banyak. Semakin banyak penambahan maltodekstrin kadar air semakin rendah. Hal ini disebabkan jumlah padatan dalam larutan semakin banyak sehingga mengurangi persentase air dalam ekstrak kulit manggis. Demikian juga viskositasnya.

  • Karakteristik ekstrak kulit manggis bubuk.
Ekstrak kulit manggis bubuk yang dihasilkan dari proses spray drying pada penentuan suhu udara inlet dianalisa dengan penambahan maltodektrin sebagai bahan pengisinya sebesar 30% diperoleh data pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Ekstrak Kulit Manggis Bubuk.
Suhu udara inlet (°C)
Kadar air (%)
Bulk Density (gr/ml)
Wetta bility (menit)
Solubility (menit)
160
5.88
0.44
7.83
19.11
170
4.83
0.48
15.79
30.65
180
3.88
0.52
17.29
39.48
190
3.67
0.56
22.07
44.10

Karakteristik ekstrak kulit manggis bubuk yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu udara inlet spray drying , semakin tinggi pula bulk density, wettability dan solubility produk yang dihasilkan, sedangkan kadar air produk yang dihasilkan semakin rendah. Penurunan kadar air serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Dalla, (Dalla, Rebeca C. Dea dkk, 2012).
Kadar air sangat dipengaruhi oleh suhu udara inlet, kenaikan suhu udara inlet menyebabkan perbedaan suhu antara suhu drorplets umpan dengan suhu udara pengering. Sehingga air yang ada didalam partikel terdorong keluar untuk menguap, oleh karena itu produk yang terbentuk memiliki kandungan air yang lebih rendah. Bulk density bergantung pada ukuran partikel bubuk yang dihasilkan. Ukuran partikel yang kecil akan menghasilkan volume partikel yang lebih kecil karena rongga antar partikel semakin sedikit. Sebaliknya ukuran partikel yang besar akan menghasilkan volume partikel yang lebih besar karena rongga antar partikel semakin besar. Jika ditinjau dari kadar airnya, ukuran partikel yang semakin kecil memiliki kadar air yang lebih rendah, sehingga semakin rendah kadar air maka bulk density semakin tinggi. Hal ini juga terjadi pada pembuatan madu bubuk dengan menggunakan proses spray drying (Wendy, O, Ronald P, Karenina H, 2012).
Ukuran partikel yang semakin kecil juga memiliki kecenderungan untuk saling menempel (berkelompok), sehingga mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk membasahi seluruh partikel akan membutuhkan waktu yang semakin lama. Oleh karena itu semakin rendah kadar air maka waktu yang dibutuhkan untuk membasahi seluruh partikel (wettability) semakin lama.
Selain itu pada suhu udara inlet yang lebih tinggi membuat lapisan keras pada permukaan partikel bubuk, yang mengakibatkan molekul air sulit berdifusi menuju ke bagian dalam partikel, sehingga kemampuan bubuk untuk menyerap air menurun. Karakteristik solubility mengikuti karakteristik wettability, dimana semakin tinggi kandungan air dalam ekstrak kulit manggis bubuk maka akan semakin cepat melarut dalam air.

Uji Ekstrak Kulit Manggis Bubuk
  1. Uji Warna
Produk ekstrak kulit manggis bubuk yang dihasilkan menampilkan warna kuning hingga oranye. Produk dengan penambahan 20% maltodekstrin memberikan warna yang lebih oranye daripada 30% yang cenderung lebih kuning. Hal ini karena konsentrasi ekstrak dalam larutan umpan semakin banyak. Warna yang paling menyerupai ekstrak kulit manggis asli adalah produk dengan perbandingan antara kulit manggis dan air sebesar 1:6 dan penambahan 20% maltodekstrin (Fatimah, Cut Zuhra, dkk, 2008).
b.      Uji Aroma
Aroma semua produk ekstrak kulit manggis bubuk menampakkan aroma jus kulit manggis, namun aroma yang paling menyerupai ekstrak kulit manggis asli adalah produk dengan perbandingan antara kulit manggis dan air 1:10 dengan penambahan 20% maltodekstrin.
  1. Uji Rasa
Rasa yang dihasilkan oleh produk ekstrak kulit manggis bubuk dengan 30% maltodekstrin lebih manis daripada 20%. Namun rasa yang paling enak adalah produk ekstrak kulit manggis bubuk dengan perbandingan antara kulit manggis dan air sebesar 1:8 dengan penambahan 30% maltodekstrin.



  1. Uji Tekstur
Produk ekstrak kulit manggis bubuk yang diharapkan memiliki tekstur halus dan berbentuk serbuk. Tektur yang paling baik ditampilkan oleh produk ekstrak kulit manggis bubuk dengan perbandingan antara kulit manggis dan air sebesar 1:8 dengan penambahan 30% maltodekstri.
  1. Analisa Daya Oksidan
Analisa daya Oksidan dilakukan dengan metode DPPH yang menghasilkan nilai dengan EC50= 339,56 g/L. EC50 (Effective Concentration 50%), dimana EC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Dan hasil ini menunjukkan bahwa antioksidan yang dihasilkan tergolong lemah. Perlu dilakukan uji ulang terhadap EC50 ini.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
  1. Kulit buah manggis memiliki banyak kandungan seperti xanthon, tannin, anti-inflamasi dan  anti-kanker.
  2. Kulit buah manggis memiliki banyak manfaat, misalnya menjaga  kesehatan tubuh dan meningkatkan energi, memperbaiki elastisitas sel tubuh dan menurunkan berat badan, menyeimbangkan sistem kelenjar endokrin, menjaga kesehatan otak, meningkatkan kemampuan tubuh dalam mengatasi stress, menjaga kesehatan pencernaan, mencegah batu ginjal, mengurangi resiko serangan jantung, dan mengurangi penyakit kanker ringan.
  3. Kulit buah manggis memiliki kandungan antioksidan berupa xanthon dan poliphenol.
  4. Pada suhu inlet yang sama, dengan semakin rendah perbandingan kulit manggis dan air serta semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin yang ditambahkan maka akan semakin tinggi bulk density, wettabilitty dan solubilitynya sedangkan kadar air produk semakin rendah.
  5. Pada perbandingan antara kulit manggis dan air serta pada konsentrasi maltodekstrin yang sama, kenaikan suhu inlet menyebabkan kenaikan bulk density, wettabilitty dan solubilitynya sedangkan kadar air produk semakin rendah.
  6. Dari uji organoleptik, produk yang memiliki karakteristik terbaik adalah pada perbandingan kulit manggis terhadap air 1:8 dengan penambahan 30% maltodekstrin dan suhu udara inlet 160oC. Daya antioksidan pada ekstrak kulit manggis bubuk yang dihasilkan mempunyai nilai EC50= 339,560 ppm sedangkan yang dijual di pasaran bernilai EC50 = 133,75 ppm.
  7. Dalam ekstraksi kulit buah manggis memiliki beberapa pengujian untuk mengetahui kandungan-kandungan di dalam nya seperti uji warna, uji aroma, uji rasa, uji tekstur, dan analisa daya antioksidan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar