BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manggis (Gardnia mangostana Linn) merupakan salah satu buah
yang cukup dikenal selain rasanya yang enak. Daging buah manggis dapat
mengobati penyakit diare, radang amandel, keputihan, disentri, wasir, borok,
peluruh dahak dan sakit gigi. Selain buah manggis, masyarakat juga telah
memanfaatkan kulit buah manggis sebagai obat untuk sariawan, disentri, diare,
asam urat, pewarna alami, dan bahan membuat cat antikarat (cat berwarna hitam
yang tahan cuci) dan perangsang keluarnya cairan nira pada penyadapan kelapa.
Menurut Tambunan (1998) dan Subroto (2008) kulit buah manggis mempunyai sifat
sebagai anti-aging, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan berat badan,
antivirus juga antibakteri.
Kandungan kimia, akar, kulit batang dan kulit buah manggis
yaitu saponin, disamping itu akar dan batangnya juga mengandung flavonoid dan
polifenol, serta kulit buah manggis juga mengandung tanin, flavonoid,
steroid/triterpenoid dan kuinon serta unsur natrium, kalium, magnesium,
kalsium, besi, zink dan tembaga. Kulit kayu, kulit buah dan lateks kering manggis
mengandung sejumlah zat warna kuning yang berasal dari dua metabolit sekunder yaitu
mangostin dan p-mangostin. Mangostin merupakan komponen utama sedangkan kadar (3-mangostin
lebih kecil dan 1,3,6,7 tetrahidroksi-2,8-di 3-metil-2butenil) ksanton yang diberi
nama a-mangostanin dari kulit buah manggis.
Senyawa xanthone sebagai antioksidan
dapat menetralisir radikal bebas yang masuk atau diproduksi di dalam tubuh,
mencegah penuaan organ tubuh, mencegah penyakit jantung, mencegah kanker dan
kebutaan serta dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sebenarnya fungsi
utama anti oksidan adalah menetralisir peroksida yang dikenal sebagai radikal
bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan
elektron. Untuk mencapai kestabilan, radikal bebas mengambil elektron dari
molekul atau sel yang ada di dalam tubuh. Hal ini akan menyebabkan kerusakan
pada sel tubuh, yang menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner,
ateroskelrosis, osteoporosis, kanker, sirosis hati, Alzheimer, obstruksi paru,
diabetes, ginjal kronis, dan stroke (Putra, Sitiatava,2011).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1) Kandungan apa saja yang terdapat
pada kulit buah manggis?
2) Seberapa besar kandungan antioksidan
pada kulit buah manggis?
3) Bagaimana proses ekstraksi dan uji
percobaan pada kulit buah manggis?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
adapun tujuan nya sebagai berikut.
1)
Untuk mengetahui
kandungan yang terdapat pada kulit buah manggis.
2)
Untuk mengetahui
kandungan antioksidan pada kulit buah manggis.
3)
Untuk mengetahui
proses ekstraksi dan uji percobaan pada kulit buah manggis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kandungan Pada Kulit Buah
Manggis
A. Xanthone
Antioksidan
yang terdapat dalam kulit buah manggis dengan kadar yang tinggi ini
memiliki sifat yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, seperti anti-peradangan,
anti-diabetes, anti-kanker, anti-bakteri, anti-jamur, anti-plasmodial, dan
mampu meningkatkan kekebalan tubuh, hepatoprotektif.
Di
dalam senyawa xanthone teridentifikasi sekitar 14 jenis senyawa turunannya.
Yang paling banyak terkandung dalam buah manggis ialah kandungan alfa-mangostin
dan gamma-mangostin. Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam
menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain alfa-mangostin,
senyawa xanthone juga mengandung gamma-mangostin yang juga memiliki banyak
manfaat dalam memberikan proteksi atau melakukan upaya pencegahan terhadap
serangan penyakit.
Menurut
penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1970-an, kedua turunan senyawa
xanthone tersebut bisa menghentikan proses peradangan atau inflamasi dengan
jalan menghambat enzim COX-2 yang merupakan enzim pemicu peradangan.
Dalam
penelitian lainnya juga ditemukan fakta bahwa gamma-mangostin memiliki sifat
anti-radang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan obat-obat inflamasi yang
selama ini beredar di pasaran. Dengan demikian, gamma-mangostin mampu memberikan
proteksi pada serangan penyakit yang menyebabkan inflamasi seperti alzheimer
dan arthritis.
B . Tanin
Tanin,
senyawa lain yang terkandung dalam kulit
buah manggis, memiliki aktifitas antioksidan yang mampu menghambat enzim
seperti DNA topoisomerase, anti-diare, hemostatik, anti-hemoroid, dan juga
menghambat pertumbuhan tumor.
Tanin
sendiri mampu membentuk kompleks kuat dengan protein sehingga dapat menghambat
penyerapan protein dalam pencernaan. Dengan kata lain bisa disebut
anti-nutrisi. Oleh
sebab itu, kadar tanin dalam produk-produk pangan patut diperhatikan dan
diformulasikan secara cermat supaya kadarnya aman untuk pencernaan manusia.
Antosianin
juga memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan yang baik dan memiliki peranan
yang cukup penting dalam mencegah beberapa penyakit seperti kanker, diabetes,
kardiovaskuler, dan neuronal.
Antosianin
merupakan kelompok pigmen yang terdapat dalam tanaman dan biasanya banyak
ditemukan dalam bunga, sayuran maupun buah-buahan seperti manggis, stroberry,
rasberry, apel, dan lainnya.
C . Anti-Inflamasi (Peradangan)
Kulit buah manggis memiliki
kemampuan sebagai anti-inflamasi (anti-peradangan). Untuk membuktikan hal itu,
penelitian yang dilakukan adalah dengan memakai mangostin dari ekstrak etanol
40% yang memiliki aktifitas penghambatan terhadap pelepasan nistamin dan
sintesis prostagladin E2 sebagai perantara inflamasi. Kandungan ekstrak etanol
dalam kulit buah Manggis mampu meredam radikal bebas secara kuat
(Tjahjaningtyas, 2011)
D . Anti-Kanker
Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa kandungan xanthone dalam kulit buah Manggis
mampu berperan sebagai senyawa anti-kanker. Kulit buah Manggis memiliki sifat
antiproliferasi untuk bisa menghambat pertumbuhan sel kanker, selain juga mampu
menghancurkan sel kanker.
Khasiat
kulit manggis selain mengandung Xanthone yang merupakan zat yang memiliki
aktivitas antioksidan dan antiinflamasi, kulit buah manggis juga sangat kaya
akan antioksidan tinggi yang dapat mengobati berbagai macam penyakit bahkan
penyakit maut sekalipun seperti penyakit jantung, kanker,stroke, diabetes,
ginjal, hepatitis, AIDS, dan lain-lain.
Kulit
manggis mengandung 50 senyawa xanthone. Xanthone adalah bioflavonoid yang
bersifat antioksidan, antibakteri, antitumor, antialergi, antiinflamasi dan
antihistamin. Di alam ini terdapat sekitar 200 jenis xanthone dimana 50 jenis
diantaranya berada pada buah manggis (Garcinia mangostana). Senyawa itu
tersebar pada kulit buah dan biji, kulit batang, daun serta sebagian kecil pada
daging buahnya.
Beberapa
penelitian telah dilakukan di berbagai negara untuk membuktikan bahwa ternyata
terdapat cukup banyak manfaat kulit manggis untuk kesehatan.
Penelitian berbagai manfaat kulit manggis ini dilakukan di seluruh dunia
tersebar di 4 benua, 12 negara dan semuanya memberikan hasil yang positif.
Beberapa
peneliti manfaat kulit manggis mengatakan bahwa kulit manggis mujarab mengatasi
berbagai macam penyakit berkat adanya senyawa xanthone.
Manfaat Kulit Buah Manggis Tersebut
Bagi Kesehatan:
A.
Menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan energi.
B.
Memperbaiki elastisitas sel tubuh dan menurunkan berat badan.
C.
Menyeimbangkan sistem kelenjar endokrin.
D.
Menjaga kesehatan otak.
E.
Meningkatkan kemampuan tubuh dalam mengatasi stress.
F.
Menjaga kesehatan pencernaan.
G.
Mencegah batu ginjal.
H.
Mengurangi resiko serangan jantung.
I.
Mencegah penyakit kanker ringan.
2.2 Kandungan Antioksidan Pada Kulit Buah Manggis
a.
Xanthone
Oksidasi adalah jenis
reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen, atau
pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita. Antioksidan
bersifat sangat mudah teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan
molekul yang lain. Jadi keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat
daya oksidasinya dibanding dengan molekul yang lain. Semakin mudah teroksidasi
maka semakin efektif antioksidan tersebut .
Berkaitan dengan
fungsinya senyawa antioksidan dapat diklasifikasikan dalam 5 tipe antioksidan
yaitu:
a) Primary
antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi
pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen
yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil.
Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA (butyl
hidroksilanisol), BHT (butyl
hydrotoluen), dan tokoferol.
b) Oxygen scavengers,
yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak
mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan
reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan
berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam
askorbat), askorbil palminat, asam eritorbat, dan sulfit.
c) Secondary antioxidant, yaitu
senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida
menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan
untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya yaitu asam tiodipropionat dan
dilauril tiopropionat.
d) Antioxidative Enzyme, yaitu enzim yang
berperan mencegah terbentuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase,
superoksidase dismutase (SOD), glutation peroksidase dan katalase.
e) Chelators sequestrants, yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat
logam seperti besi dan tembaga yang mampu mengkatalisa reaksi oksidasi lemak.
Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino,
ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid.
Senyawa antioksidan
terkuat, yang terdapat dalam kulit manggis adalah senyawa xanthone yang
merupakan senyawa organik turunan dari difenil-γ-pyron. Senyawa xanthone
merupakan substansi kimia alami yang dapat digolongan dalam senyawa jenis fenol
atau polyphenolic. Karena itulah, senyawa xanthone dapat digolongkan sebagai
senyawa polar. Senyawa ini memiliki rumus molekul C13H8O2, sehingga memiliki
massa molar sebesar 196,19 gram/ mol. Dalam penamaan menurut IUPAC, senyawa ini
diberi nama 9H-xanthen-9-one.
b.
Poliphenol
Polifenol adalah kelompok antioksidan yang secara
alami ada di dalam sayuran (brokoli, kol, seledri), buah-buahan (apel, delima,
melon, ceri, pir, dan stroberi), kacang-kacangan (walnut, kedelai, kacang
tanah), minyak zaitun, dan minuman (seperti teh, kopi, cokelat dan anggur
merah/red wine).
Polifenol umumnya banyak terkandung dalam kulit
buah. Senyawa polifenol terdiri dari beberapa subkelas yakni, flavonol,
isoflavon (dalam kedelai), flavanon, antosianidin, katekin, dan biflavan.
Turunan dari katekin seperti epikatekin, epigalo-katekin, apigalo-katekin
galat, dan quercetin umumnya ditemukan dalam teh dan apel. Dua unsur terakhir
merupakan antioksidan kuat, dengan kekuatan 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan
vitamin C dan vitamin E yang dikenal sebagai antioksidan potensial.
Jenis polifenol lain adalah tanin yang banyak
terkandung dalam teh dan cokelat. Secara
umum kekuatan senyawa fenol sebagai antioksidan tergantung dari beberapa faktor
seperti ikatan gugus hidroksil pada cincin aromatik, posisi ikatan, posisi
hidroksil bolak balik pada cincin aromatik dan kemampuannya dalam memberi donor
hidrogen atau elektron serta kemampuannya dalam ”merantas” radikal bebas (free
radical scavengers). Semua polifenol mampu ”merantas” oksigen dan radikal alkil
dengan memberikan donor elektron sehingga terbentuk radikal fenoksil yang
relatif stabil. Ada hubungan antara kemampuan senyawa fenol sebagai antioksidan
dan struktur kimianya. Konfigurasi dan total gugus hidroksil merupakan dasar
yang sangat mempengaruhi mekanisme aktivitasnya sebagai antioksidan flavonoid.
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang
potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Pigmen/
zat warna yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan seperti zat warna merah, ungu,
biru, kuning, dan hijau tergolong senyawa flavonoid. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi
sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Senyawa
flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon
(C6-C3-C6), terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh
rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang
terkonjugasi. Kebanyakan senyawa terkonjugasi pada umumnya berwarna cerah
sehingga menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah spektrum sinar
ultraviolet dan spektrum sinar tampak .
Di dalam
tumbuhan flavonoid biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Molekul
yang berikatan dengan gula tadi disebut glikon. Aglikon flavonoid yaitu molekul
yang tidak berikatan dengan gula adalah polifenol.
Flavonoid
mudah mengalami perusakan karena panas, kerja enzim dan pH. Senyawa Catechin
yang banyak terdapat pada buah – buahan, termasuk manggis dapat digolongkan
sebagai senyawa flavonoida, dari sub kelas Flavan-3-ol.
2.3 Proses Ekstraksi dan Uji Percobaan Pada Kulit
Buah Manggis
Untuk
mengukur daya antioksidan yang dimiliki oleh suatu tanaman, dibutuhkan metode pengukuran
aktivitas antioksidan. Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant power), DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), dan FRAP (ferric reducing antioxidant power) (Widystuti, 2010)
Untuk menguji aktivitas antioksidan secara kuantitatif lebih
dipilih metode DPPH (2,2- difenil-1-pikrilhi-drazil). Metode ini dipilih karena
ujinya sederhana. DPPH merupakan radikal bebas sintetik yang akan bereaksi
dengan senyawa antioksidan dengan mengambil atom hidrogen dari senyawa
antioksidan tersebut untuk mendapatkan pasangan electron.
Aktivitas antioksidan dapat dilihat dari nilai EC50 (Effective
Concentration50%), dimana EC50 merupakan bilangan yang menunjukkan
konsentrasi ekstrak (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%.
Semakin kecil nilai EC50 berarti semakin tinggi aktivitas
antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat
kuat jika nilai EC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk EC50 bernilai
50-100 ppm, sedang jika bernilai 100-150 ppm, dan lemah jika nilai EC50
bernilai 151-200 ppm (Fatimah, Cut Zuhra, dkk, 2008).
Setelah ditentukan perbandingan air
yang ditambahkan sesuai analisa viskositas dan kadar airnya kemudian ditentukan
presentasi bahan pengisi yang dibutuhkan dan dengan suhu inlet spray dryer
tertentu, proses pembuatan ekstrak kulit manggis dapat dilihat pada diagram
alir seperti pada gambar berikut :
|
|
|
|
|
- Karakteristik ekstrak kulit manggis cair.
Manggis yang digunakan merupakan
buah manggis segar yang diambil kulit bagian dalamnya (berwarna merah hingga ungu
tua). Kemudian diekstrak menggunakan blender dengan beberapa variasi penambahan
air yaitu 1:6, 1:8, dan 1:10. Maksud perbandingan antara kulit manggis dan air
1: 6 adalah 100 gram kulit manggis bagian dalam ditambahkan air sebanyak 600
ml. Hasil ekstraksi disaring hingga diperoleh ekstrak kulit manggis.
Pada proses ekstraksi kulit manggis,
ekstrak yang didapat biasanya menggumpal seperti jelly jika didiamkan lebih
dari 5 menit. Semakin besar perbandingan antara kulit manggis dan air,
terjadinya proses penggumpalan membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini
dikarenakan adanya kandungan tannin pada kulit manggis yang membentuk koloidal
dalam air.
Pemecahan koloidal dapat dilakukan
dengan pengadukan ekstrak setelah proses penyaringan. Oleh karena itu selama proses
penyaringan, hasil proses penyaringan diaduk di atas magnetic stirrer.
Pada percobaan penentuan suhu udara inlet, maltodekstrin
yang ditambahkan sebanyak 30%. Selanjutnya dilakukan proses spray drying pada
suhu inlet 160, 170, 180, dan 190°c. Maksud penambahan 30% maltodekstrin adalah
setiap 100 ml ekstrak kulit manggis ditambahkan 30 gram maltodekstrin. Analisa
ekstrak kulit manggis sebelum dan sesudah
ditambahkan maltodekstrin meliputi kadar air dan viskositas.
Kadar air akan meningkat dengan
kenaikan perbandingan antara kulit manggis dan air, karena jumlah air yang
ditambahkan lebih banyak. Semakin banyak penambahan maltodekstrin kadar air
semakin rendah. Hal ini disebabkan jumlah padatan dalam larutan semakin banyak
sehingga mengurangi persentase air dalam ekstrak kulit manggis. Demikian juga
viskositasnya.
- Karakteristik ekstrak kulit manggis bubuk.
Ekstrak kulit manggis bubuk yang dihasilkan dari proses
spray drying pada penentuan suhu udara inlet dianalisa dengan penambahan maltodektrin
sebagai bahan pengisinya sebesar 30% diperoleh data pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Ekstrak Kulit Manggis Bubuk.
Suhu udara inlet
(°C)
|
Kadar air (%)
|
Bulk
Density (gr/ml)
|
Wetta
bility (menit)
|
Solubility
(menit)
|
160
|
5.88
|
0.44
|
7.83
|
19.11
|
170
|
4.83
|
0.48
|
15.79
|
30.65
|
180
|
3.88
|
0.52
|
17.29
|
39.48
|
190
|
3.67
|
0.56
|
22.07
|
44.10
|
Karakteristik ekstrak kulit manggis bubuk yang diperoleh
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu udara inlet spray drying , semakin tinggi
pula bulk density, wettability dan solubility produk yang dihasilkan, sedangkan
kadar air produk yang dihasilkan semakin rendah. Penurunan kadar air serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dalla, (Dalla, Rebeca C. Dea dkk, 2012).
Kadar air sangat dipengaruhi oleh suhu udara inlet, kenaikan
suhu udara inlet menyebabkan perbedaan suhu antara suhu drorplets umpan dengan
suhu udara pengering. Sehingga air yang ada didalam partikel terdorong keluar
untuk menguap, oleh karena itu produk yang terbentuk memiliki kandungan air
yang lebih rendah. Bulk density bergantung pada ukuran partikel bubuk yang
dihasilkan. Ukuran partikel yang kecil akan menghasilkan volume partikel yang
lebih kecil karena rongga antar partikel semakin sedikit. Sebaliknya ukuran
partikel yang besar akan menghasilkan volume partikel yang lebih besar karena
rongga antar partikel semakin besar. Jika ditinjau dari kadar airnya, ukuran
partikel yang semakin kecil memiliki kadar air yang lebih rendah, sehingga
semakin rendah kadar air maka bulk density semakin tinggi. Hal ini juga terjadi
pada pembuatan madu bubuk dengan menggunakan proses spray drying (Wendy, O,
Ronald P, Karenina H, 2012).
Ukuran partikel yang semakin kecil juga memiliki kecenderungan
untuk saling menempel (berkelompok), sehingga mengakibatkan waktu yang dibutuhkan
untuk membasahi seluruh partikel akan membutuhkan waktu yang semakin lama. Oleh
karena itu semakin rendah kadar air maka waktu yang dibutuhkan untuk membasahi
seluruh partikel (wettability) semakin lama.
Selain itu pada suhu udara inlet yang lebih tinggi membuat
lapisan keras pada permukaan partikel bubuk, yang mengakibatkan molekul air
sulit berdifusi menuju ke bagian dalam partikel, sehingga kemampuan bubuk untuk
menyerap air menurun. Karakteristik solubility mengikuti karakteristik
wettability, dimana semakin tinggi kandungan air dalam ekstrak kulit manggis
bubuk maka akan semakin cepat melarut dalam air.
Uji Ekstrak Kulit Manggis Bubuk
- Uji Warna
Produk ekstrak kulit manggis bubuk
yang dihasilkan menampilkan warna kuning hingga oranye. Produk dengan penambahan
20% maltodekstrin memberikan warna yang lebih oranye daripada 30% yang
cenderung lebih kuning. Hal ini karena konsentrasi ekstrak dalam larutan umpan
semakin banyak. Warna yang paling menyerupai ekstrak kulit manggis asli adalah
produk dengan perbandingan antara kulit manggis dan air sebesar 1:6 dan
penambahan 20% maltodekstrin (Fatimah, Cut Zuhra, dkk, 2008).
b. Uji
Aroma
Aroma semua produk ekstrak kulit manggis bubuk menampakkan
aroma jus kulit manggis, namun aroma yang paling menyerupai ekstrak kulit manggis
asli adalah produk dengan perbandingan antara kulit manggis dan air 1:10 dengan
penambahan 20% maltodekstrin.
- Uji Rasa
Rasa yang dihasilkan oleh produk ekstrak kulit manggis bubuk
dengan 30% maltodekstrin lebih manis daripada 20%. Namun rasa yang paling enak
adalah produk ekstrak kulit manggis bubuk dengan perbandingan antara kulit
manggis dan air sebesar 1:8 dengan penambahan 30% maltodekstrin.
- Uji Tekstur
Produk
ekstrak kulit manggis bubuk yang diharapkan memiliki tekstur halus dan
berbentuk serbuk. Tektur yang paling baik ditampilkan oleh produk ekstrak kulit
manggis bubuk dengan perbandingan antara kulit manggis dan air sebesar 1:8
dengan penambahan 30% maltodekstri.
- Analisa Daya Oksidan
Analisa daya Oksidan dilakukan dengan metode DPPH yang menghasilkan
nilai dengan EC50= 339,56 g/L. EC50 (Effective
Concentration 50%), dimana EC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi
ekstrak (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Dan hasil ini
menunjukkan bahwa antioksidan yang dihasilkan tergolong lemah. Perlu dilakukan
uji ulang terhadap EC50 ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
- Kulit buah manggis memiliki banyak kandungan seperti xanthon, tannin, anti-inflamasi dan anti-kanker.
- Kulit buah manggis memiliki banyak manfaat, misalnya menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan energi, memperbaiki elastisitas sel tubuh dan menurunkan berat badan, menyeimbangkan sistem kelenjar endokrin, menjaga kesehatan otak, meningkatkan kemampuan tubuh dalam mengatasi stress, menjaga kesehatan pencernaan, mencegah batu ginjal, mengurangi resiko serangan jantung, dan mengurangi penyakit kanker ringan.
- Kulit buah manggis memiliki kandungan antioksidan berupa xanthon dan poliphenol.
- Pada suhu inlet yang sama, dengan semakin rendah perbandingan kulit manggis dan air serta semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin yang ditambahkan maka akan semakin tinggi bulk density, wettabilitty dan solubilitynya sedangkan kadar air produk semakin rendah.
- Pada perbandingan antara kulit manggis dan air serta pada konsentrasi maltodekstrin yang sama, kenaikan suhu inlet menyebabkan kenaikan bulk density, wettabilitty dan solubilitynya sedangkan kadar air produk semakin rendah.
- Dari uji organoleptik, produk yang memiliki karakteristik terbaik adalah pada perbandingan kulit manggis terhadap air 1:8 dengan penambahan 30% maltodekstrin dan suhu udara inlet 160oC. Daya antioksidan pada ekstrak kulit manggis bubuk yang dihasilkan mempunyai nilai EC50= 339,560 ppm sedangkan yang dijual di pasaran bernilai EC50 = 133,75 ppm.
- Dalam ekstraksi kulit buah manggis memiliki beberapa pengujian untuk mengetahui kandungan-kandungan di dalam nya seperti uji warna, uji aroma, uji rasa, uji tekstur, dan analisa daya antioksidan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar